Hari perdana kampanye, sejumlah cara unik dilakukan kandidat calon
penghuni "Senayan". Salah satunya kandidat DPD RI asal Bali, AA Ngurah
Wirawan.
Dia memiliki cara unik menarik minat publik. Wirawan
menggratiskan tiket bus Trans Sarbagita semua tujuan mulai pagi tadi
pukul 07.00 hingga 17.00 Wita.
"Dalam rangka putaran pertama
kampanye, saya memulai dengan kampanye untuk bersama-sama mengoptimalkan
bus Trans Sarbagita sebagai alat angkut publik," kata Wirawan, Minggu
16 Maret 2014.
Ia berharap di masa depan transportasi familiar di
perkotaan adalah transportasi publik. "Menggunakan transportasi publik
sebesar-besarnya ke depan," imbuhnya.
Untuk kampanyenya itu,
Wirawan telah melatih puluhan relawannya. Ia akan ikut menaiki
transportasi publik tersebut. "Jadi, begitu masyarakat masuk Trans
Sarbagita, relawan saya langsung membayar tiketnya. Masyarakat tinggal
menikmati perjalanan saja," kata dia.
Tak sekadar menggratiskan
tiket, di dalam bus, para relawan, termasuk dia, akan menjelaskan
transportasi massal yang baik untuk publik.
"Saya bisa
menjelaskan apa saja strategi agar masyarakat bisa menikmati bus lebih
baik. Pertama, posisi haltenya tidak tepat. Teorinya TOD (Transit
Orientation Development), digabungkan dengan fasilitas modern seperti
hotel, mal dan pertokoan," kata dia.
Menurut dia, ada masalah fundamental dari transportasi publik di Bali. Penumpang, kata dia, naik bus lantaran dua alasan. Pertama, karena tak ada pilihan selain menggunakan transportasi publik.
Kedua,
mereka merasa nyaman menggunakan transportasi publik. "Di Bali,
haltenya terlalu jauh dari pemukiman. Itu yang membuat masyarakat tak
begitu meminati Trans Sarbagita," ujar Wirawan.
Persoalan
mendasar di Bali, meski sudah benar, namun rutenya tak begitu sesuai.
"Kedua, mereka tak dimanjakan. Panas dan berdebu di halte. Di beberapa
negara, shuttle digabung di mal dan hotel. Ditarik ke dalam ke mal dan
hotel. Shelter pakai AC," imbuhnya.
Untuk mendorong penggunaan transportasi publik ada dua cara. Pertama, dengan pemaksaan melalui regulasi. Seperti, pengenaan pajak progresif kendaraan dan lain sebagainya. Kedua, memanjakan penumpang dengan segala fasilitasnya.
"Orang
akan pindah dengan cepat ke transportasi publik kalau itu diberlakukan.
Denpasar dan Badung akan saya dorong penggunaan konsep TOD tadi,"
katanya.
Di Singapura, 20 tahun lalu, keberadaan hotel dan mal
tak dekat dengan stasiun atau terminal. Namun, belakangan ini, semua
hotel dan mal sudah semakin dekat dengan alat transportasi publik.
"Cek
saja di internet. Akan ada pemandu, jarak dari hotel atau mal ke
stasiun atau terminal sekian menit. Itu pertanda kebutuhan transportasi
publik meninggi," ujar dia.
"Saat ini, semakin dekat dengan terminal dan stasiun, maka hotel atau mal akan semakin bernilai ekonomis tinggi," tuturnya.
No comments:
Post a Comment